Sekretariat :
Limus Pratama Regency

Jl. Blitar Raya, Blok F5 / 12
Limusnunggal, Cileungsi
Bogor, 16820
Indonesia.

Senin, 19 April 2010

Minggu, 11 April 2010

FRUITY BIKE @ TAMAN MEKARSARI

LCC pada acara Fruity Bike yang di adakan di Taman Mekarsari

Senin, 01 Maret 2010

TAJUR HALANG PENUH TANTANGAN







Sang Surya masih enggan muncul tertutup awan kelabu Sabtu pagi itu, saat 12 pasang roda mulai menapaki jalanan Kota Bogor yang masih basah dibasuh gerimis yang tak berhenti sejak dinihari. Di kala sebagian orang lebih memilih tetap berbaring di kasur empuk dan berselimut hangat, kami sudah basah bercampur keringat memulai perjalanan demi sebuah petualangan yang niscaya akan memperkaya arti sebuah kehidupan. Semilir bau tanah basah dan daun mahoni terbawa angin pagi saat kami menelusuri rimbunnya pinggiran Kebun Raya Bogor.



Sekira 2 km, perjalanan berhenti di terminal untuk kemudian seluruh sepeda dibongkar dan dimasukkan ke dalam angkot. Selanjutnya, kami menuju Desa Tajurhalang yang terletak tepat di kaki sebelah timur laut gunungapi Salak. Setelah 30 menit terguncang-guncang di dalam angkot akibat rusaknya kondisi jalan, akhirnya perjalanan sebenarnya pun siap dimulai.

Sebuah briefing singkat dan do’a mohon selamat menjadi pengiring sebelum masuk ke singletrack tanah yang menjadi menu pembuka hari ini. Ada banyak trek di Tajurhalang, namun hari ini trek yang akan dicoba relatif baru, namanya Jalur Delapan. Entah kenapa namanya demikian, namun promosinya trek Jalur Delapan ini menyuguhkan sebuah petualangan yang mengasyikkan. Pemandangan yang indah dengan latar belakang Kota Bogor, permukaan trek yang mulus dari tanah gembur vulkanik, dan jalur yang relatif datar sungguh membuat awal perjalanan yang menyenangkan. Namun semua rasanya hanya sekejap, trek berubah menjadi jalan kebun berbatu-batu dan mulai menanjak. Sedikit demi sedikit tanjakan menjadi semakin curam, dan kami pun mengular meliuk-liuk mengikuti kontur seiring semakin tingginya elevasi. Sementara di depan sana, puncak Salak II berdiri dengan angkuh berselimutkan kabut putih.

Rasanya tanjakan tak berujung, nafas pun semakin berat seiring menipisnya oksigen. Untunglah di saat batas kesabaran menghadapi tanjakan hampir habis, ternyata trek berbelok ke kiri untuk kembali memasuki singletrack tanah dan kami tidak perlu mengikuti jalan kebun sampai ke puncak sana. Bonus turunan yang lumayan panjang segera disambut oleh sebuah turunan tenikal yang curam. Satu persatu sambil menjaga jarak kami meluncur ke dasar lembah laksana ditelan rimbunan semak belukar. Ternyata tuunan tersebut memang sangatlah curam, plus ditambah permukaan batuan lepas yang licin bersaput lumut hijau pertanda jarang diinjak orang. Di ujung turunan , sebuah sungai kecil mengalir memotong trek menjadi tambahan teknik tersendiri. Butuh nyali ekstra dan konsentrasi tinggi untuk melaluinya. Apalagi nun jauh di dasar lembah, rombongan yang sudah lebih dahulu lewat menunggu dan bersiap dengan kameranya kalau2 ada adegan jumpalitan dadakan yang bisa diabadikan.


Stage selanjutnya bisa dibilang etape terberat dari keseluruhan perjalanan. Dari dasar lembah, trek dilanjutkan dengan naik kembali ke atas menyusuri tepian sungai kecil ke arah hulu, tepat menembus kelebatan Gn. Salak nan gelap dan perawan. Semakin jauh masuk ke dalam hutan, trek semakin tidak mungkin dilalui dengan di genjot, hingga akhirnya bahkan sepeda pun tak bisa dilalui dengan dituntun karena sempitnya jalan setapak tertutupi belukar dan pepohonan di tanjakan yang demikian terjal. Satu-satunya jalan hanyalah dengan memanggul sepeda sambil satu persatu menapaki jalan yang berundak-undak terbuat dari batu-batuan licin terus ke arah hulu sungai. Cara sepeti ini jelas sangat menguras energi, sehingga beberapa rider terlihat mulai kepayahan. Dan disaat tingkat kepayahan sudah hampir mencapai batas keputus asaan, sayup2 terdengar suara gemuruh ditengah senandung gemericik air sungai. Yup, sekitar beberapa ratus meter di depan terlihat sebuah air terjun kecil mengalirkan air dengan anggun menjadi sebuah katalis energi tambahan bagi kami untuk segera sampai disana dan rehat. Air terjun kecil tersebut sangat indah dengan sebuah kolam kecil di dasarnya. Air yang jatuh tampak jernih dan memancarkan kesegaran seakan mengundang kami untuk bermain di sana. Beberapa orang rekan pun tanpa malu-malu segera melepas busana dan berendam di tengah kesejukan air pegunungan. Lokasi tersebut benar2 laksana oase ditengah tahap perjalanan yang sungguh berat.


Puas melepas lelah, perjalanan dilanjutkan dengan tetap memanggul sepeda mengiris lereng lembah sebelah utara. Sampai akhirnya kami sampai di ruang terbuka di atas sebuah punggungan. Sepeda pun kembali di genjot, namun kenikmatan hanya sesaat karena di depan telah menanti pula sebuah trek menanjak nan terjal. Karena banyak energi yang telah terkuras, kami pun lebih sering menuntun sepeda. Lagipula permukaan trek yang licin kerap membuat ban selip dan kehilangan traksi. Sekian lama mendorong sepeda membuat kami kembali kepayahan. Beberapa rider tak sanggup bahkan untuk berjalan sekalipun. Di sinilah kerjasama saling diperlukan. Para rider yang dianugerahi kelebihan fisik tak sungkan2 untuk kembali turun ke bawah untuk membantu membawakan sepeda rekannya. Hingga akhirnya kami semua berhasil sampai di puncak bukit tersebut.

Lantas, semua penderitaan pun seperti berakhir. Perjalanan selanjutnya adalah sebuah turunan nan panjang. Sejauh mata memandang, yang tampak hanyalah hamparan bukit2 dengan variasi tanaman teh dan ilalang. Sungguh amat menyenangkan meluncur meliuk-liuk diantara pohon teh di atas tanah yang gembur. Namun sesungguhnya jalur tersebut penuh dengan jebakan. Karena saking asyiknya, beberapa rider lupa diri untuk menggeber sepedanya, padahal banyak variasi undakan dan lubang di bawahnya. Akbatnya bisa diduga, beberapa kali aksi terbang dari sepeda bak superman pun mewarnai perjalanan ini.



Sampai di batas desa kembali, kami pun harus keluar masuk kampung. Entah berapa kali kami harus mengangkat sepeda melewati sawah, pekarangan orang, balong ikan hingga tempat pemandian. Yang jelas, hari kian siang dan kami sudah benar-benar payah plus kelaparan. Akhirnya, setelah melalui seluruh perjuangan, kami pun sampai kembali di peradaban di Perumahan Nirwana Bogor. Jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul 3 sore dan kami benar-benar lemas dan kelaparan. Beruntunglah, gurih dan hangatnya Ayam Goreng Bondongan menjadi sebuah menu penutup nan menyenangkan.

Overall, perjalanan sepanjang hampir 22 km tersebut memang sungguh sangat menantang. Jauh lebih ekstrim dan sulit dibandingkan trek Puncak. Tetapi, sebuah oase air terjun kecil di tengah kelebatan hutan takkan pernah terlupakan. Tajurhalang Jalur Delapan…..memang hanya untuk para petualang….

Batavia City, Juni ‘08

JT

Senin, 25 Januari 2010

Gowes bareng di Cianten, Bogor


Ada 5 bikers yang ikut serta, yakni Yuhal, Dasep, Andi, Yanto dan Kimsin

Minggu, 24 Januari 2010

JJ


Beberapa anggota dari LCC yang cukup aktif, Yuhal, Kimsin, Yanto dan Andi.